Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Udah Stop Ah

Gue hari ini ngerasa sedih banget kayak ngerasa nggak punya teman. Yang dikira bakal bareng, eh ternyata nggak bareng. Tanpa tahu penyebabnya. Susah banget cari kelompok, yang mau sama gue. Gue mikir salah gue apa ya. Tapi kata nyokap letak salahnya bukan ada di gue. Ya emang kalau seorang ksatria itu berdiri sendiri di jalannya tanpa pegangan dan itu gapapa. Awalnya sedih sih, tapi setelah mendapat wejangan itu mulai baikan, tapi ketika ditanya lagi perasaan sedih itu kembali. Mungkin ini rencana Tuhan yang lebih indah buat gue kali ya. Mungkin Tuhan udah pilih cerita yang 'lebih' buat umat-Nya yang satu ini. Semua yang terjadi dalam hidup memang butuh proses, buat sampai ke tujuan itu. Walau perjalanannya nggak slalu mulus. Ada kerikil di sepanjang perjalanan mau itu besar atau kecil yang harus dilewati. Di detik-detik sekarang kayak ngerasa takut. Takut nggak bisa. Takut nggak bisa selesai ngerjain tugas-tugas kuliah yang super bejibun apalagi ketika menjelang ujian. Takut...

Sembunyi

  Udah lama menyembunyikan rasa di puisi dan tulisan apapun itu yang udah segitunya dibikin sejadi-jadinya teka-teki. Yang barangkali cuma orang tertentu aja yang tahu.  Kayak di kepala berkecamuk: kira-kira kalo gue nulis gini entar dikira galau mulu lu. Malah jadinya belum jujur sama tulisan sendiri. But i will try better. Terlalu pikirin omongan orang malah jadinya toxic ke diri sendiri. Bukannya gamau dengerin omongan orang,  tapi ya omongan yang bener-bener kenal gue aja, yang tau sebenernya gue gimana. Yang berusaha banget buat didenger. Omongan yang seharusnya bisa banget dibodo amatin. Ingin rasanya balik ke masa-masa itu (nulis diary). Tak ada yang perlu disembunyikan. Yang baca cuma diri sendiri. Ya walau sekarang pas menulis belum sebanyak itu yang baca. Gapapa ada yang baca aja udah senang. Butuh proses, setiap cerita punya waktunya masing-masing. Mungkin udah saatnya buat balik buat lebih jujur lagi soal perasaan sendiri yang dituangkan dalam tulisan. Satu-...

Dalam Diam

Manusia di bumi menganggapku aneh lagi Karena menikmatimu tanpa takut basah Menikmati kesejukannya Memang ada yang salah dengan menyukaimu? Kau adalah tirta amarta bagi kami manusia Kau dengan caramu yang tulus itu jatuh ke bumi Mungkin dengan adanya manusia yang menyukaimu Kau jadi semakin senang jatuh ke bumi Namun maaf hujan, ternyata aku pun harus menikmatimu dengan caraku sendiri kali ini Sejukmu yang perlahan menjelma dingin itu Membuat terseok-seok Membuat tak kuasa Tapi ku takk an mengingkari janji, hujanku Ku akan menikmatimu dengan caraku  (dalam diam) Meski kini kau tak mengetahuinya Hanya semesta. 

Misteri Langitku

Langitku begitu indah dan cerah malam ini Tetapi ia memuat misteri Yang sukar kuselami Ia jauh dan tak bisa kugapai. Lain denganku, Langitku begitu suram malam ini. Meski tak ada lagi misteri, dan segala luka telah tertutup rapat, pedih di hati masih sungguh terasa terngiang pekat di anganku, Hingga matahari kembali terbit di ufuk sana. cactusntau × febronia yovita editor: millen 

Si Penyemangatnya Cactusntau

Pada hari ini, di tanggal ini, dan di bulan ini Langitku dan dewa penyemangat cactusntau Berhasil melewati segenap proses di tempat, di mana kita ketemu Dan bareng-bareng menuntut ilmu Ya kamu lulus hari ini Sidangmu dapat dilalui dengan baik Dosen pembimbing dan pengujimu semoga memperlakukanmu dengan baik, ya? Walau aku tidak dan mungkin tidak pernah bisa ada di sampingmu Tapi cukup dekat di doa, sudah lebih dari cukup Selamat atas bahagiamu, aku ikut senang tahu kabar ini dari instastorymu Aku salah, ternyata ruang hati masih tidak mau diam setelah tahu kabar kelulusanmu Tampaknya perasaan ini masih milikmu dan akan terus jadi milikmu pada satu nama Entah, apa cerita ini harus diakhiri sebelum memulai? Aku ragu untuk berhenti Ketika sedang sedalam-dalamnya mencintai (mungkin aku tak paham apalah itu namanya) Yang kutahu hanya kamulah sumber rindu, kuyakin kau tidak tahu Tidak pernah ada pemberitahuan dariku, bukan? Sebab perasaan bagiku hanyalah perihal merasakan B...

Pertunjukan Para Pengundang

Imlek tahun ini sungguh berbeda. Tradisi yang biasanya selalu dengan amplop berwarna merah itu, kini tidak (dulu). Sebab sedang ada aturan larangan berkerumun, katanya. Di tengah merajalelanya covid 19, dan sesaknya kamar-kamar rumah sakit. Entah kapan akan berlalu. Namun, pada ke mana para pengundang lima tahun sekali itu, apa mereka bisa untuk benar-benar membentuk aturan atau kebijakan yang konsisten dan tidak berubah-ubah bagi kami?. Agar pandemi ini segera berlalu. Jangan ditarik-tarik ke sana dulu. Dan apakah di negeri ini sedang berlaku:  menjamin kebebasan berpendapat, tetapi tidak menjamin setelah kita mengutarakan pendapat? Aku tidak tahu, lihat dan amati bagaimana pertunjukan ini akan berjalan. Jangan diam,  sembuhkan! -cactusntau 

Perihal Kenangan, yang Tersisihkan

Kenangan bagiku adalah lorong-lorong menuju ketidakpastian Kenangan adalah merayakan hari-hari penuh kesepian Kenangan adalah kesejarahan Kenangan adalah ya hanya kenangan Ya, ya hanya kenangan Bukan sebuah kenyataan Ia tak memiliki kepastian yang pasti Sebab sejati tidak ada yang benar-benar sejati Bukan begitu, kekasih? Selamat kenangan yang bersumber kamu sudah tersisih MirMil alias cactusntau si keren 23:36 pm Tangerang, 12 Februari 2021

Aku Gasuka Nunggu

(This message delivered to you) Semenjak aku mengenalmu Aku selalu bertanya, ada apa di balik matamu Matamu bagai danau yang kerap menenggelamkanku lebih dalam Apa ini yang kata orang sedang mencinta? Begitu? Aneh... Sajak ini kembali mengajakku, laksana menemukan titik temu Yang ada dalam dirimu Sepertinya... Kata pulang yang kucari, telah sampai Bolehkah menjadikanmu titik temu di akhir perantauan ini? Bolehkah kasih tercipta, di kamus ini? Bolehkah kasih dan kisah kita utuh? Segera kabari Just readnya nanti dulu Aku sedang tidak ingin menunggu, angin lalu -cactusntau/millen