Tatkala malam hari aku menengadah Mendengar rindu berbisik menyapa telinga Bintang menghiasi pekat Rembulan tak ada dimiliknya Dikelilingi musik syahdu mengalun sepi Mendarat mulus pada ayunan bak merpati Yang kuasai cakrawala, t etap hampa Mereka saling berkontradiksi mesra Sebab tak ada lagi sosokmu di sana, sayangku Aroma yang kau tinggalkan bersikeras perlahan hilang dari palung penuh raung itu Manifestasi Karena itu aku kontemplasi salam rindu dariku: yang gemar sembunyi rasa
dan kini diriku bagai rembulan yang kehilangan sinarnya bagai langit yang kehilangan senjanya sejak kau memulai perjalanan dengan penumpang baru di kendaraanmu, sedangkan aku belum walau kuselalu berharap kalau itu aku. hari ini akan turun hujan sepertinya semesta gemar sekali menemani kesedihanku. 3 Oktober 2022
Hari ini masih enggak ada juga yang jual roti. Padahal pesta di rumah masih tetap berlangsung. Enggak pernah mati. Giliran pesta baru dimulai. Para pengundang butuh suara. Suara penting banget. Ini pertandingan sengit. Giliran pesta usai, terus dilupain. Dianggap debu. Penghuni enggak bisa terlibat. Mereka bilang semua ada rules nya. Jadi takut. Tikus-tikus makin lancar jaya aja jalannya. Hobi titip-titip sana-sini. Ini bukan biasa. Alarm kita harus terus hidup. Terus ada dan berlipat ganda. Jangan di dismiss . Sempat mau lepas kandang. Sudah bobrok. M aybe ? Malah waktu itu penghuni diserang. Katanya nerima penumpang gelap. Dituduh ditunggangi. Padahal lagi bela pestanya sendiri di rumahnya, karena pengawas tikus dilemahkan. Kelar rebahan netflix -an. Ikut serta dalam panggilan. Nyatanya emang kacang. Jadi. Jadi. Abis ini apalagi. Orang kaya lupa ini hari apa. Susah sedikit. Basi. Yang ngundang ngilang. Bisa jadi karena keliru kicau. Tapi ternyata mereka malah sibuk berulah...
Komentar
Posting Komentar