Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Kata Kita Tidak Tercipta Untuk Kita

Surat Kehilangan IL  Teruntuk: Er Kita? Tidak seharusnya kumasukkan dalam  paragraf ini Aku terlalu takut perihal kehilangan Kita memang pernah melakukan suatu hal bersama Tapi bukan jadi kisah yang sama Hanya berujung pada pernah Sesungguhnya kata 'kita', tidak tercipta  untuk kita.  Terima kasih untuk semuanya. IL

Remahan Kenangan dan Ingatan

dan Remahan-remahan yang  Kehilangan,  Akulah si perindu ulung itu  Meski tak mampu lagi dilakukan untukmu. . Untuk kali ini, tidak perlu begini Mengajukan pertanyaan perihal sebuah kenyataan, Kenapa rasa itu hanya miliknya sendirian Sebuah kenyataan yang tak akan  bisa dipaksakan,  sudah lahir jadi jawaban. . Sebermula abu-abu, bersikeras menolak itu Tapi ruang hati semakin menggebu Ia menyeru. . Remah-remah kenangan menjelma  reruntukan ingatan Yang meronta-meronta ingin diberi imbalan Tetapi dinding fana memisahkan kita  dengan keikhlasan. . Kau bilang pulang adalah suatu kemestian Namun pada suatu hari baiknya, masihkah ia tersimpan? . Adegan per adegan mengurai simpul Menyisakan tanya, untuk apa pula? Aku paham sepenuhnya Kau dan aku adalah sepasang angan- angan, yang terbit di ingatan kita Ya, ya untuk apa pula? . Bila kau cari bayang-bayang di semestamu Yang senantiasa kau temukan tiada lain adalah aku Aku yan...

Tempat Pulang yang Hilang

Sudah setahun lalu ya mungkin selama itu kamu berpikir bahwa kita sudah selesai. Tapi bagiku, cerita kita tidak pernah usai.  Karena ada perasaan yang walau tidak punya tempat pulang, ia tetap tak bisa hilang.  Perasaan itu abadi, walau kamu tidak lagi di sini. Aku paham bahwa batas di antara kita ini sungguh terlalu jauh. Karena itu memang kita harus selesai. Cukup sampai di sini.   

Surat Izin Menulis (Bonus Part Ingin Diajak Pulang Juga)

Dear, Er Semoga kamu baik-baik saja, ya di sana? Maaf aku tidak sempat izin dulu saat menulis surat ini Tapi ada izin pun, tetap tidak akan mengubah apapun, bukan? Kamu sudah dengannya, menjalin cerita dengannya Tanpa mau tahu tentang perasaanku Kenapa kamu tidak tanya lagi dua belas tahun lalu? Atau setidaknya cari tahu Apa tidak sepenting itu, Er? Secarik pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku Asal kamu tahu, tidak pernah lagi kutemukan sebuah perasaan utuh ini di tempat lain selain di kamu Sejak 12 tahun lalu Tapi kamu tetap saja begitu, keras kepala, dan tidak mau tahu apa-apa Tidak pernah merasa tindakanmu itu menyakitkan? Oh tentu tidak, kamu sudah terlalu piawai menguasai jurus tidak mau tahu apapun, bukan? Di sini tidak sedang mengajukan perizinan, hanya menceritakan. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan Ku paham kita telah selesai, tanpa pernah ada yang dimulai. Berhenti di sini.  Dari, IL Sejak 12 tahun lalu, dan masih kamu.

Rindu Sedu

Mending nunggu tayang drakor. Daripada nunggu kamu. Yang belum tentu mau nemuin di persimpangan. Persimpangan jauh gak sejalan. Jalannya aja kamu gak tau atau emang gak mau buka. Biangnya semua di kamu. Aku masih nunggu. Nunggu diswipe up, sebelum give up. Yasudahlah putar balik aja kali, ya?. Tapi. Tapi.  Dasar ngangenin. Nyebelin dan nyenengin di satu waktu. That's you. Daripada pergi, aku pilih nunggu. Deal yaa? tapi terserah itu urusanmu. Setuju atau tidak. Urusan rasaku, bukan urusanmu. Tugasmu balas rasa, kalo gak tega. Haha. See you.  Sebelum selesai, ada pertanyaan: kapan kita bisa ciutkan jarak ini? ada yang rindu sedu. Kapan kita ketemu?