Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Perihal Menulis

Aku memulai cactusntau dari bulan Mei kemarin, dengan banyak banget pertimbangan dari gak pede, sampai insecure sama tulisan sendiri. Sampai pada akhirnya karena waktu itu sempat ditolak diposting di salah satu akun. Jadi aku mikir kenapa gak bikin platform sendiri aja. Bukannya lebih baik menciptakan daripada menunggu diciptakan?.  Kalau untuk blognya sih duluan aku bikin daripada cactusntau. Alasannya ya karena sekedar ingin mengembangkan tulisan sendiri, dan dibagi juga tidak cuma di notes hp saja. Sapa tau ada yang baca itu udah senang banget, apalagi ada yang suka dan nungguin tulisanku. Banyak masa- masa down, sedih, galau, apapun itu rasanya. Tapi dari nulis aku menjadi menemukan healing yang benar healing. Seperti semuanya sudah dituangkan di sana. Pernah zaman SMA ketika pelajaran Bindo ada tugas bikin cerpen. Terus aku bikin soal cinta di putih abu-abu gitu. Pas cerpennya selesai, guru aku menghampiri terus bilang "tulisan kamu bagus banget, sering baca novel ya, k...

Jarak Cinta

Hai apa kabar?  Hari ini tepat enam purnama aku merindukanmu Karena terhalang oleh jarak Yang tak memungkinkan mencipta temu Ketidakmampuanku berkata “aku rindu” Malah semakin menyiksa Karena kita memang bukan siapa-siapa Aku ingin tahu apa kamu merindukanku? Seperti aku yang begitu merindukanmu Atau kamu malah rindu sama sosok lain Dan itu bukan aku Oh iya masih ingat pertemuan pertama kita? Prolog dari segala cerita ini Di tempat kita bersama menuntut ilmu Ya hanya tempat yang sama Bukan rasa yang sama Memori itu masih terekam jelas di kepalaku Walau kini ragamu hanya fatamorgana Tapi tetap bisa jadi alasanku bangkit Dan pada akhirnya berhasil melanjutkan perjalanan Makasi ya! Tapi sekarang yang aku mau cuma satu Di mana pun kamu Apapun yang sedang kamu lakukan Apapun mimpi yang sedang kamu perjuangkan Baik-baik ya di sana Karena buatku cuma itu yang terpenting sekarang Sampai jumpa si langka Aku pamit. Kini aku paham bahwa tak ada yang lebih jauh...

Kapan Dekat Jadi Erat?

Hilang. Pulang ke rumah. Atau putar arah. Semuanya terserah semesta. Ada yang rindu gak berarah. Arahnya ke mana? masih ingat enggak jalannya? kapan dikasih petanya?.  Penunjuknya. Hati-hati banyak halangan di persimpangan jalan. Jalanan emang bahaya. Kan udah dibilang, mending di rumah saja, jangan cari-cari bahaya. Kan emang begitu seharusnya.  Dipending dulu borok luka. Lagi gaada waktu berduka. Di sini lagi darurat. Dia malah hobi banget, swipe up yang aneh-aneh belaka. Katanya konten lagi beraneka. Lupa jangan jadi langka.  Terakhir, kita kapan dekat jadi erat?.  Lah kok gak nyambung?

Instruksi Komandan

Sebuah monolog antara seorang gadis dan si puan dalam satu pribadi, pada sore hari di sebelah utara rumah.  "Siapa gerangan yang menyakitimu?" "Ekspetasiku sendiri" "Realita tak selalu sejalan dengan ekspetasi. Mereka berjarak, bukan?" "Ya, ya benar, berjarak" "Diinstruksikan komandan: lelah teramat diizinkan, asal jangan berhenti sekarang, wahai gadis bermuram durja" "Baik siap laksanakan puan" Lalu gadis itu melonjak kegirangan, seolah segala rasa miliknya memang manusiawi. 

Jawaban Pertanyaan Apa Kabar (Ingin Diajak Pulang Juga Part 2)

Hai. Tadi aku mau kirim chat ini di DM Instagram, tapi sudah tidak bisa. Sebab pertanyaan apa kabarku, sudah kamu jawab dengan begitu singkat. Sudah sepatutnya tidak ku lanjutkan, bukan?.  Maaf bila tulisan ini mengganggu sebentar, ceritamu dengannya. Dua belas tahun berlalu, Er dan kamu tetap begitu. Menjalin cerita lain tapi bukan denganku.  Aku salah lagi. Aku melakukan kesalahan itu lagi ternyata. Sebuah harap padamu. Sebuah harap bahwa kamu akan sedikit melihat ke sini atau sekedar menyapaku di halte, menunggu diajak pulang oleh rumah yang bahkan bentuknya sudah tidak terlihat lagi. Kamu tidak mau berangkat, barang sebentar?. Aku tak pernah bisa menaiki bus ke tujuanku, selain di kamu. Sejak penyesalanku dua belas tahun lalu kita tidak bertemu. Tapi kamu tidak pernah datang. Karena memang undangan itu tidak pernah kukirim ke rumahmu. Maaf janjiku untuk mulai mengikhlaskanmu kemarin, belum bisa kutepati sekarang. Perihal mengikhlaskan yang nyata-nyatanya sulit. Masih be...

Ingin Diajak Pulang Juga

12 tahun Er, sejak masa SD kita yang bagiku begitu indah untuk diingat. Tidak tahu bagimu bagaimana. Masa-masa kita yang kala itu jadi teman sebangku. Entah kenapa kini, setelah dua belas tahun, ada satu pusaran waktu yang membawaku ke memori itu lagi. Seperti film yang terputar di kepala, tapi sad ending. Andai waktu bisa diputar balik, aku ingin pinjam mesin waktu Doraemon, untuk balik ke masa itu. Apa permintaanku ini berlebihan? Tidak terasa sudah 12 tahun ya. Dan selama itu aku masih menyesalinya, kenapa ketika kamu tanya: "lo suka sama gue, Il?" aku malah jawab: "mending suka sama burung di pohon samping lapangan basket sekolah, daripada kamu" Sungguh sebenarnya itu cuma caraku buat menutupi perasaan yang sudah disembunyikan rapat-rapat ini, tidak ada maksud lain. Nyesal bin nyesal, mungkin kalau kujawab "iya" akan beda lagi cerita kita. Sebab aku merasa kala itu rasa kita sama, walau awalnya kita adu mulut melulu. Tetapi semua perlakuanmu...

Selembar Angkara

Di kala selembar angkara mengeruak dan tak dapat lagi kudiksikan Hanya dengan sajak inilah ia bermuatan  Sajak yang telah lama menjelma kawan 

Jejak Puisi

Aku adalah pengelana yang mencari jejak puisiku Mencari sisanya yang ada padamu Tapi tak melabuhkan temu Sebab ia sudah tak berlaku Sudah berhenti di sini semua kata-kataku Kata-kata yang menjelma basi itu. 

Nunggu Jemputan

Halo,  Masih ingatkah aku yang menyimpan  segenap rasa Yang menunggumu di seberang sana Menunggumu menjemputku Namun kau tak pernah berangkat Kau malah menunggunya di seberang sini Namun bolehkah aku tetap setia? Walau kau terus menunggunya? Izinkan aku di sini ya Menjagamu yang menginginkannya Memang sejak awal kata kita tidak pernah tercipta.

Pesta Sakit

Inspired by: Peringatan Wiji Thukul  Oleh: Cactusntau Giliran mau pesta Para pengundang itu baru butuh suara Giliran pesta usai Dilupakan begitu saja tak didengar Diabaikan tak dihiraukan Penghuni tidak libatkan kalau gak ada pesta Mengkritisi disangka provokasi Semua menjelma bobrok Ke mana mereka yang mengundang lima tahun sekali itu? Kembali berulah gemar berkilah Kami hanya seperti kunci yang dibutuhkan sesaat Pesta sedang sakit Hari ini hari duka Telah berpulangnya hati nurani dan akal sehat wakil penghuni dan pengundang  Maka hanya ada satu kata: sembuhkan Dari kami yang katanya kalian wakilkan  Panjang umur perlawanan! Salam Mahasiswa 

Pekerjaan Terakhir

Pekerjaan terakhirku adalah jadi kursi si penguasa  Yang betah sekali berkuasa Sampai lupa apa yang jadi janji Yang ada cuma mengibuli Awas, dongeng lagi berkeliaran  menghampiri Kursi aja ngundurin diri.

Rumahku Merah Putih Part 2

Rumahku Merah Putih  Oleh: Cactusntau "Suara dibungkam dikritik tanpa alasan. Dituduh subversif dan menganggu keamanan. Maka hanya ada satu kata: lawan". (Wiji Thukul) Wangi rumah sedang absurd Bau tak sedap merajalela Fondasi rumah kian bobrok Hari ini penghuni merintih pilu Hari duka Saat miliknya sang keadilan hilang dirampas Padahal penghuni sedang sangat merindukan miliknya Sebelum dijamu ia telah dilahap habis tak bersisa Dan tikus-tikus itu semakin membuncit Menerima panggilan dari rumah Disangka provokasi Bersuara dilarang tanpa alasan Kritis telah buka lowongan di sini Perlu sensor Sudah diambang batas Malah menjadi-jadi dibatasi Awas lagi banyak yang janggal Darurat level tertinggi Alarm kita harus tetap ada Terus hidup dan berlipat ganda Teleponmu tak diangkat? Jangan tidak ada sinyal lagi Kami tak lagi menerima pesanan Sudah letih jadi kunci yang hanya kau butuhkan sesaat Lawan dengan kata-kata Karena di hadapan kata-kata ia tak...

Bukan Turis

 Ujian  #melawanlupa Hari ini ada ujian Anak muda gaboleh banyak komentar Duduk aja di sana mengerjakan Gak boleh tengak-tengok Yang bandel Banyak rules menjerat Disiram padahal lagi gak butuh mandi Banyak kawat depan pagar Pagar aja karatan dikorupsi Yang peralatannya bisa dibeli Seperti di toko tulis Rak sebelah mana Garpunya sebelah mana Silahkan ambil di dapur Lantas disuruh pulang Tapi tidak ini rumah kita Di sini kita bukan turis Salam mahasiswa Cactusntau 2020