Berkatanya Tanpa Kata

Nggak selamanya diam berarti emas. Bisa jadi saking angkaranya, di lingkungan mulut besar ini. Cuman diam tanpa kata. Takut untuk berkata. Speechless. Lidah pandai berdalih. Humor gak sengaja dibawa katanya. Berdialog cuap-cuap gak ketinggalan. Jadi. Jadi. Menikam asa. Gak ada yang tahu ukuran rasa manusia. Kita tiada lain satu pribadi beribu rasa, bukan?. 


Hati-hati banyak rambu peringatan di jalanan. Yang suka jadi pelakon sandiwara dalam ceritanya sendiri. Ditanya kabar suka bingung, jawaban ada dipegang. Berlama-lama di bab sama dibenahi. Suka cari panggung ada juga. Udah ahli. Aromanya beda di belakang. Abadi. Udah banyak di sini. 

 

Topeng maasih hobi ditinggali. Skincare katanya kemahalan. Di mana-mana berserakan. Enggan ditanggalkan. Jadi pelakon sandiwara dikira menyempurnakan. Daripada jadi pelaku berita bahagia. Padahal ada yang butuh misi penyelamatan. Siapa? Tiada lain dan tak bukan ialah diri sendiri. Asumsi antarpribadi bisa aja darurat. Entar jatahnya sekarat. Emang fondasinya udah kuat? 


Mending nikmatin dulu rasa manusianya. Barak makin darurat. Berita bahagia gaboleh direbut. Paket tragedi pesan transisi. Dikirim dulu. Cepat. Selamat.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manifestasi Jadi Kontemplasi

penumpang baru

Atasan Hobi Minggat