Gadis Penggemar Luka Ganti Nama

Hai apa kabar wahai si langka di bagian bumi lain? Jangan tanya kenapa lagi, ya. Aku hanya ingin tahu kabar. 


Kenalkan atau mungkin kamu sudah tahu, aku si gadis penggemar luka dan rindu. Ya, itu dulu. 


Dahulu perihal luka yang mengeruak dalam diri sebab sebuah harap berlebih. Dan perkara rindu yang selalu tidak tahu diri melingkupi. 


Kini ia hadir secukupnya saja. Sampai tiba saatnya semesta di waktu baiknya mempertemukanku denganmu si langka. Di kala pertemuan tidak terduga itu. Masih ingatkah kamu saat itu?. 

 

Lambat laun gelenyar aneh kian menggebu dalam denyut nadi. Kala retina kita bertemu, walau hanya sesaat. Suaramu menjelma hobi yang ingin, ingin selalu kudengarkan. Semacam imaji yang melayang jauh pada cakrawala. Dan kamu jadi semisal utusan semesta menjelma baskara bagiku. Si gadis kaktus gemar rantau ini. 


Kamu dengan berjuta keanehan yang hadir, malah justru unik. Nyatanya, membuatku keluar dari lorong penuh raung yang telah kutempati sekian purnama. Layaknya selembar tanya yang menemukan jawabannya. Bayangmu bagai pekerja keras yang tak kenal lelah kian menyesakki kepalaku. 

Ah, menyebalkan. Lancang sekali.  

 

Permisi tak berlaku untukmu. Tetapi malah mencipta suatu simpul, senyuman. Seperti orang gila, kata penghuni rumahku. 


Senja tadi aku jadi gadis yang paling bahagia di bumi, sebab mendapati notif pesanmu pada gawaiku. Bahagiaku sederhana ternyata.  Sungguh sederhana.


Semesta sang pemberi kejutan pada akhirnya menjadikan yang abstrak jadi berwarna. Ya, pada akhirnya sesuatu dalam ruang kontemplasiku, meramu pengakuan juga. 


Mohon izin bertanya, kapan jarak ini bisa diciutkan, ada yang ingin menjamu pertemuan, kapten. Katanya ia sudah lapuk di ruang rindu. Laporan selesai. Diterima atau tidak, itu bukan urusan. 

 

Kita memang tidak pernah tahu, semesta akan membawa perantauan ini ke arah timur atau ke barat. Akankah berlabuh pada tujuan yang sama?. Atau tujuan yang lain?. 


Apapun skenarionya kamu akan selalu jadi bagian terpenting dalam setiap cerita. Selalu, itu pasti adanya. Telah dipatenkan. 


Terakhir, terima kasih sudah berkenan mewujudkan waktu baik semesta.

Untuk mengukir temu kita. Aku jadi senang. 


Sampai jumpa di jalan yang sama atau di persimpangan jauh sejalan. Selembar doa tetap jangan ketinggalan. 


Peringatan sedang tidak ada harap di sini. Harap bersabar tunggu saja waktu sapa. Sekian. 

 

dariku: yang menuliskanmu di selembar doa  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manifestasi Jadi Kontemplasi

penumpang baru

Atasan Hobi Minggat