Dewa Semesta
Apakah Sang Dewa akan membacanya?. Ya, menunggu pusaran waktu saja. Aku tak ingin bermimpi tinggi, bahwa ia akan membaca ini. Tapi ingin juga dirinya baca. Aneh ya?.
Mungkin Sang Dewa takkan tahu ini. Barangkali sosoknya diciptakan dan dipertemukan dengan gadis itu untuk menjadi Sang Dewa Penyemangat dan Dewa Penyelamatnya dari luka, barangkali?.
Ia harap demikian. Gadis yang diam-diam mulai memendam rasa padanya itu. Juga gemar berbisik seolah merayu semesta agar dapat dipersatukan dengan Sang Dewa. Niscaya mendengar dan menyampaikannya agar si gadis itu dapat menemukan rumahnya yang hilang dalam perantauan. Sang Dewanya.
“Kapan?”
“Ya tunggu saja semesta sedang bekerja menciptakan skenario terbaik bagimu agar semesta segera merestui dengan Sang Dewamu.”
“Tapi apakah Sang Dewa akan mendengarnya?”
“Tentu saja takkan ada yang dapat menolak takdir. Tetapi untuk sekarang gantungkanlah harapanmu hanya pada Sang Ilahi Yang Maha Pencipta, jangan kepadanya. Jangan juga kau mencintai ciptaan-Nya lebih daripada-Nya. Karena Ia Maha Pencemburu. Lebih baik lebih dekatkan dirimu kepada Sang Pencipta, baru ciptaan-Nya,".
Perbaiki kualitas diri untuk mendapatkan jodoh yang berkualitas. Serta tetaplah membawa doa agar dapat dipersatukan dengan ciptaan-Nya itu. Namun jika tidak, jangan kecewa berarti ia bukan ditakdirkan dalam ceritamu. Tetapi pasti ada seseorang yang lebih baik tuk mengisi alur ceritamu dan menjadi rumahmu yang hilang itu.”
Tetapi tentu saja ia tak ingin rasa bernama kecewa, dan kehilangan ada di alur ceritanya, bukan?. Tunggu saja paketnya belum sampai. Lagi dikemas dulu. Gadis itu pun mengangguk sambil tersenyum seakan mengerti apa yang akan dilakukannya, kini pada Sang Dewanya.
Tak ada lagi ada harap pada yang semu. Biarkan giliran semesta yang lakukan kerjaannya.
Tangerang 11 November 2019
Komentar
Posting Komentar