Robot Kebal

Pada akhirnya gadis kaktus perantau nan bimbang. Yang selalu gigih berpetualang mencari rumah. Untuk menetap dan tinggal. Kala jenuh dalam perantauan rasanya. Selalu dikelilingi beribu aroma yang nun harum, di depan. Bau tak sedap di belakang. 


Topeng duanya penghuni bumi. Yang gemar bercengkrama tanpa permisi mengetuk pintu. Kita hidup di dunia siapa, memangnya?. 


Aroma mereka sangat berbeda. Telepon kehilangan sinyalnya. Ke mana hilangnya?. Teramat apatis. Tega. Kamu bukan robot. Robot yang tak perasa, kebal. Terbuat dari bait kata perintah. Banyak tuntutannya. 

Tidak berekspresi. Pradigma spesies sama itu, manusia namanya. Tiada lain bak hilang ditelan bumi. Fondasi diri kian bobrok. 


Titik ujung dicapai jua. Topeng sandiwara usang. Kebanyakan tinggal. Memaksa ditanggalkan. Hidup hendaknya manusiawi yang memanusiakan, bukan?. 

Sebab yang mencintai si aku, hampir punah. 


Kebanyakan makan perkataan orang lain. Insecure terhadap isi kepala sendiri. Yang jadikan resah, gelisah, berisik di dalam harus diserang. Sejatinya kitalah sang komandan kecil itu. Ya setidaknya bagi dirimu sendiri.

                                    

Tangerang, Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manifestasi Jadi Kontemplasi

penumpang baru

Atasan Hobi Minggat